Sabtu, 28 Mei 2011

Kalau Anda berencana ke Inggris baca-baca dulu tentang sepakbola. Setidaknya mulailah membaca koran di Indonesia mengenai Liga Inggris yang resminya disebut Premier League atau dikenal dengan istilah Premiership.
Mengapa ? Karena Inggris adalah negeri pecandu bola. Tidak ada hiburan, permainan olahraga dan industri yang semaju sepakbola. Sepakbola merupakan darah daging warga Inggris. Setiap akhir pekan ketika musim pertandingan berlangsung stadiun dimana klub Liga Primer main selalu penuh antara 20 ribu sampai 30 ribu penonton. Bisa pula kalau klub bukan top yang main sekitar 10.000-an yang hadir. Ini baru di tingkat antar klub Inggris.
Sebentar lagi berlangsung final antar klub di Eropa ! Bayangkan saja Liga Champions konon bisa menyedot penumpang sampai 70 ribu orang  dengan harga tiket termurah 50 pundsterling dan bisa meroket sampai 8.000 poundsterling untuk VIP atau sekitar Rp 112  juta. Siapapun yang datang ke Stadi0n Wembley pastilah punya semangat melihat sepakbola. Mungkin dia penggemar fanatik Manchester United atau Barcelona. Bisa juga memang pecandu bola yang ingin menyaksikan langsung di Stadion Wembley di London utara ini.
13065749111464670788
Premier league

Menurut laporan terbaru keuntungan yang bisa diraih dari pertandingan di Wembley ini bisa mencapi satu miliar poundsterling. Laba ini diraih dari sponsor dan penjualan hak siar untuk memuaskan lebih dair 100 juta penonton di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Fakta yang memang luar biasa di sini adalah bahwa sepakbola tidak hanya olahraga tetapi sudah merupakan industri. Sepakbola dijalankan seperti bisnis lainnya tidak hanya soal teknikalitis dan organisasi. Klub sepakbola seperti sebuah perusahaan multinasional umumnya.
Asal ingat saja pemilik mayoritas saham Manchester United adalah pengusaha Amerika dari keluarga Glazer demikian juga peringkat kedua di Liga Inggris sekarang, Chelsea dimiliki oleh pengusaha Rusia Roman Abramovic sedangkan Manchester City dimiliki  Mansour bin Zayed al Nahyan dari Uni Emirat Arab.
Para pemain top juga tidak hanya pribumi tetapi juga dari mancanegara mulai dari Brasil sampai dengan Jerman, Rusia dan Korea Selatan. Semuanya merupakan campuran pemain Inggris dan asing. Semuanya dikelola secara profesional sehingga menguntungkan klub dan juga pemain serta memuaskan para penonton.
Inilah kuncinya sehingga tidak hanya pertandingan enak ditonton bukan ? Tetapi juga menjadi asyik bagi para komentator dan media berebut membuat analisa dan foto yang berkesan dari arena sepakbola. Bahkan di Indonesia pun tabloid bola sering didominasi oleh berita Liga Inggris, Spanyol, Jerman dan lainnya. Foto-foto yang indah dari sepakbola justru muncul dari Inggris dan negara Eropa lainnya.
130657494822834331
Champion League

Tidak hanya berkutat sepakbola, Liga Primer Inggris juga berbicara penjualan cindera mata berupa kaus dan jaket. Cindera mata ini juga menguntungkan klub. Demikian juga hak siar, televisi klub, iklan di stadion semuanya bernilai jutaan dollar. Semuanya juga didasarkan pada prestasi klub, semakin bersinar klub itu di klasemen maka semakin mahal kontrak iklan dan merchandise-nya.
Lihat saja Manchester United - juara Liga Primer Inggris sampai 19 kali - dengan penghasilan 60 juta poundsterling atau sekitar Rp 845 miliar ! Bayangkan perusahaan apa ya untungnya bisa mencapai angka itu.
Angka itu diperoleh juga dari hasil penjualan hak siar yang bisa mengantungi sampai 7 juta pound atau hampir Rp 100 miliar.
Pendapatan paling rendah di Premier League ini diduduki Blackpool. Meski paling bontot tapi masih bisa meraup 39 juta poundsterling atau Rp 436 miliar.
Klub papan atas lainnya seperti Chelsea mengantungi 57,7 juta pound, Manchester City dengan laba 55,5 juta pound dan Arsenal 56,2 juta pound. Inilah hasil keringat mereka selama setahun ini karena musim pertandingan Liga Primer sudah habis.
Dalam musim pertandingan 2010-2011 setiap klub menerima penghasilan yang sama untuk hak siar dalam negeri Inggris sebesar 13,8 juta pound atau hampir Rp 200 miliar sedangkan untuk pemasukan dari hak siar asing sebesar 17,9 juta pound atau Rp 250 miliar.
13065752621098918642
Manchester United

Dan lebih menggiurkan lagi bahwa dari setiap ranking di klasemen Liga Primer memiliki harga tersendiri buat klub. West Ham yang paling bontot menerima 756 ribu pound sedangkan Manchester United yang paling tinggi menerim 15,1 juta pound.
Penghasilan klub lainnya dari ongkos fasilitas jika bermain dalam pertandingan langsung televisi sebesar 582 ribu pound. Liga Primer juga akan membayar 15 juta pound masing-masing bagi klub yang mengalami relegasi atau terlempar dari klub papan atas seperti yang pernah dialami Hull City, Burnley, Portsmouth dan Middlesbrough.
Mereka dibayar karena penghasilannya jelas akan berkurang diluar Liga Primer. Jadi klub Liga Primer yang tergradasi seperti dialami oleh West Ham, maka penghasilan pun praktis akan turun drastis. Itulah mengapa klub di luar Liga Primer berusaha keras masuk ke daftar utama sepakbola Inggris karena disitulah juga ada bisnis yang menguntungkan.
Keuntungan tidak hanya diraih oleh klub tetapi juga para pemain perseorangan. Kadang mereka dikontrak untuk iklan. Disitulah ada bisnis baru dimana klub tentu mendapat bagian juga.
Wayne Rooney konon dibayar perminggunya Rp 3,5 miliar rupiah sejak tahun 2010. Belum lagi pemain papan atas dari Chelsea seperti John Terry dan Frank Lampard yang mengantungi Rp 2,5 miliar per minggu. Bandingkan dengan pemain Indonesia seperti Bambang Pamungkas yang konon dikontrak pertahun sekitar Rp 2 miliar.
Pertandingan final Liga Champions yang melibatkan klub Inggris papan atas seperti Manchester United merupakan salah satu momentum penting tidak hanya bagi keunggulan sepakbola tetapi juga bisnis yang menggiurkan. Sepakbola di Inggris sudah menjadi industri yang basah tapi bukan berujung keributan memperebutkan jabatan di organisasi sepakbola agar dapat untung, namun memunculkan kombinasi kecanggihan taktik dan strategi bola serta kepiawaian menjual sepakbola sebagai sebuah produk bisnis.
Nah bagi penonton di Indonesia terpaksa harus begadang guna bergabung bersama 120 juta penonton lainnya di dunia menyaksikan ajang final Liga Champions antara Barcelona dan Manchester United. Selamat menonton !

Selasa, 24 Mei 2011

Maestro Tari Topeng Tanpa Pewaris

Tubuhnya yang renta tidak membuat Astaliah, maestro tari topeng  yang telah berusia 119 tahun itu kehilangan cintanya akan beberapa topeng yang selalu menemaninya selama 100 tahun lebih.
Ditemani Muhammad Rusli, cucunya, Astaliah yang di wajahnya menyisakan guratan kecantikan masa remaja, masih terlihat sehat dan bersemangat memperlihatkan koleksi topeng yang mampu mengantarkan dia mendapatkan penghargaan dari Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin sebagai seniman perintis tari topeng.
Sang Maestro tari topeng Barikin yang tinggal di Desa Barikin RT. 2 RW. II Kecamatan Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan, kendati kini tidak lagi menari, namun beberapa masyarakat masih banyak mengunjunginya terutama yang ingin melaksanakan hajatan.
Menurut Rusli, dulu neneknya adalah penari topeng yang sering tampil dalam pesta pernikahan ataupun memberi selamat dalam acara sakral ’Manyanggar Banua’, juga acara hajatan serta pergelaran berupa hiburan dalam perayaan hari-hari besar daerah dan nasional.
Pementasan tari topeng berlangsung 15 hingga 30 menit, kata dia diiringi dengan "Karawitan Banjar" atau iringan kelompok musik khas Banjar yang menggunakan alat antara lain kanung, gong, babon, dawuh dan lainnya.
Jenis tarian yang dimainkan, ujar Rusli, tergantung pada karakter topeng yang dipakai, ada tujuh jenis topeng yang selalu dimainkan oleh Astaliah disesuaikan dengan tema acara.
Ketujuh topeng tersebut bernama Pamindu, Patih, Kalana, Gunung Sari, Pinambi, Temanggung, dan Panji.
Dengan logat bahasa Banjar, Astaliah berusaha ikut menjelaskan ada beberapa jenis tarian yang sering dimainkan antara lain  Tapung Tali, Sakar Suhun dan Sasar Glatik, biasanya ia akan menari sesuai dengan irama yang dimainkan Karawitan Banjar.
Kala Umur 70 tahun, kata Astaliah, fisiknya masih memungkinkan untuk diajak berlenggak-lenggok menghibur masyarakat, namun sekarang di usianya yang di atas 100 tahun, sudah tidak memungkinkan lagi baginya untuk bergerak dengan lincah dan gemulai.
"Seandainya masih memungkinkan ingin rasanya tetap bisa menari, tapi bagaimana untuk bergerak saja sekarang sudah mulai susah," katanya.
Tanpa Pewaris
Menurut Astaliah, tidak bisa menari tidaklah membuatnya sedih, karena dia sangat mahfum bahwa ada waktunya manusia harus berhenti melakukan aktivitas yang telah dilakoninya.
Hanya saja, yang membuat dia kini tidak tenang, hingga kini belum ada penerus yang bisa menguasai ketujuh tari topeng yang dilakoninya mulai dari umur 15 tahun itu.
Bahkan anak perempuannya, Radiah, yang telah dipersiapkan untuk mewarisi seni budaya yang membesarkan nama Astaliah, kini tidak bersedia lagi menari dengan alasan telah bersuamikan seorang ulama.
Begitu juga cucunya, Wahyudin, yang kini menjadi pengajar tari yang cukup terkemuka di Palangkaraya Kalimantan Tengah, memilih mengembangkan seni tari secara umum atau nasional.
Selain Astaliah, sebenarnya ada beberapa penari topeng lainnya yang sering menemani sang Maestro di panggung, antara lain, Aluh, Ritanah dan Tukacil, tapi semuanya telah meninggal dunia.
"Dulu tarian kami sering mengiringi pergelaran wayang kulit Ki Dalang Tulur, dalang terkenal sekitar tahun 1950 hingga 1975, hingga sekarang masih ada juriatnya yaitu Dalang A.W.Syarbaini, yang memiliki  Sanggar Ading Bastari Barikin," katanya.
Walaupun sudah tidak menari, Astaliah tetap rajin memelihara tujuh buah topengnya dengan pemeliharaan khusus antara lain, setiap malam Jumat  dia menyediakan kopi manis, kopi pahit, air kinca, air putih, telor ayam dan itik dan  dua piring nasi ketan.
Pemberian sesajen tersebut, sebagai bentuk pemeliharaan topeng-topeng yang usianya lebih dari 200 tahun dengan harapan tidak mengganggu keluar dan keturunannya.
Dengan alasan tersebut membuat Astaliah belum  bisa mempercayakan topeng-topeng tersebut ke Museum Daerah Banjarbaru.
Astaliah beberapa waktu lalu sempat diisukan meninggal, padahal kenyataannya dia masih sehat. "Ini perlu saya luruskan karena dia masih sehat, panca inderanya juga masih  masih tajam. Ini perlu saya luruskan karena banyak anak angkat dan asuh dia yang tersebar baik dalam daerah Hulu Sungai Tengah bahkan di luar daerah," kata Rusli yang setia menemani selama wawancara.
Berkat kepiawaiannya menari, Gubernur Kalimantan Selatan telah menganugerahkan dua kali penghargaan yaitu Penghargaan Seniman Perintis "Tari Topeng Banjar" Lintas Generasi pada tanggal 20 April 2009.
Selanjutnya, Penghargaan Borneo Award ke-4 untuk Penari Topeng yang digelar oleh Yayasan Mendulang Menuju Dunia Gemilang pada tanggal 16 April 2011, beserta bantuan tali asih dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.
Tokoh masyarakat Haruyan, Syamsudin Arsyad, mengungkapkan perlunya melestarikan  tari topeng Barikin yang hampir punah yang biasa dipentaskan hanya 2 tahun atau 3 tahun sekali.
Menurut dia, di era modern sekarang hiburan tari topeng tergantikan oleh organ tunggal dan orkes dangdut.
Pelestarian, kata dia, dapat dilakukan melalui perhatian Pemerintah Daerah untuk dengan mendirikan Sanggar-sanggar tari daerah di bawah binaan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata HST. Bahkan kalau perlu, memasukkan tari topeng Barikin dalam materi muatan lokal atau ekstrakurikuler sekolah.
"Dalam Penobatan Raja Muda dan Penganugerahan Gelar Pangeran Haji Khairul Saleh, 10-12 Desember 2010, di Martapura, Sanggar Ading Bastari Barikin mendapat kehormatan mementaskan Seni Budaya Banjar dari Barikin Termasuk tari topeng namun tanpa alasan jelas dalam HUT HST ke 51 tak ditampilkan," katanya.
Guna melestarikan tari topeng, kata dia, sebaiknya bila ada kegiatan daerah kesenian asli Barikin dipentaskan, agar kesenian daerah tidak hilang tergerus oleh budaya modern yang berkiblat ke Barat saja.
Seperti Astaliah yang telah 100 tahun lebih mendedikasikan dirinya untuk menghibur dan mempertahankan topeng-topeng yang kini nyaris kehilangan tuannya.
Di sisa hidupnya Astaliah berharap, kebesaran tari topeng Barikini bisa berkibar seperti pada masanya dulu, tidak justru meredup dan hilang bersama tubuhnya yang renta dimakan usia.

Senin, 23 Mei 2011

Aku Tak Tau

Sebenarnya apakah kamu tahu tentang perasaanku???
Mungkin hanya aku dan beberapa temanmu saja yang tahu
Sengaja aku rahasiakan hal itu darimu
Agar kau tak curiga dengan sikapku yang berubah
Satu komentar perubahanku yang pertama datang ternyata bukan dari kamu
Tapi orang lain yang berada jauh dariku
Bahkan saat itu pikiranku sudah tak sejalan dengan hatiku yang mulai gundah
Entah apa yang ada di otakku
Pikirku terbang menyusuri dunia lain
Semakin ku terpuruk . . .
apalagi saat aku lihat beberapa status jejaring sosialmu . . .
Apakah aku mulai ragu???
Atau kau yang mulai bosan???
Aku pun juga tak bisa menjawab pertanyaan itu
mungkin hanya hati kita masing-masing yang tau akan jawabannya

Minggu, 22 Mei 2011

Yogyakarta, Peserta UN Paling Jujur

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta kembali memperoleh predikat terbaik dari seluruh provinsi di Indonesia untuk kejujuran dalam pelaksanaan ujian nasional.
"Tahun ini, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih dinyatakan sebagai provinsi yang paling jujur dalam melaksanaan ujian nasional (UN)," kata Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY Baskara Aji di Yogyakarta.
Menurut dia, predikat tersebut diberikan berdasarkan penilaian dari tim independen yang tidak banyak memperoleh keluhan atau melakukan teguran selama pelaksanaan ujian nasional.
Selain itu, predikat tersebut juga dilakukan berdasarkan analisis terhadap pola jawaban peserta ujian nasional. "Jika ada pola jawaban dengan kesalahan yang kembar, maka ada kemungkinan terjadi sesuatu yang berhubungan dengan kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional," ujarnya.
Sementara itu, berdasarkan penggabungan nilai ujian nasional dan ujian akhir sekolah, terdapat 198 siswa dari 41.700 siswa Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah dan Sekolah Menengah Kejuruan yang dinyatakan tidak lulus di Provinsi DIY.
Di tingkat Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, tingkat kelulusan tertinggi berada di Kabupaten Bantul mencapai 99,66 persen atau hanya hanya ada 15 dari 4.443 siswa yang tidak lulus.
Tingkat kelulusan tertinggi untuk Sekolah Menengah Kejuruan juga masih dipegang oleh Kabupaten Bantul yaitu mencapai 99,88 persen atau hanya ada lima siswa dari 4.190 siswa yang tidak lulus.
Sementara itu, rata-rata total nilai tertinggi untuk SMK juga dipegang Kabupaten Bantul sebesar 31,74 dan terendah oleh Kota Yogyakarta 30,38.
Sedangkan di tingkat Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMA LB), dari 17 siswa yang mengikuti Ujian Nasional, semuanya dinyatakan lulus. "Karena ada perbedaan bobot soal dengan soal yang diujikan di SMA/MA/SMK, maka semua siswa dari SMA LB dinyatakan lulus 100 persen," lanjutnya.
Kriteria kelulusan berdasarkan nilai Ujian Nasional dan Ujian Akhir Sekolah adalah rata-rata 5,5 dan tidak boleh ada nilai di bawah 4,0.